Ada dua jenis takbir yang disyari’atkan untuk diucapkan pada hari-hari Dzul-Hijjah.
Pertama: Takbir muthlaq (التكبير المطلق), yaitu takbir yang tidak dikaitkan dengan akhir shalat.
Disunnahkan bagi kita untuk mengucapkan kalimat takbir ketika kita berada di dalam rumah, di jalan, di atas kendaraan, di pasar, dan sebagainya, ketika kita telah memasuki malam ‘Id, baik ‘Idul-Fithri ataupun ‘Idul-Adhha, hingga selesainya khuthbah ‘Id.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kalian melengkapi bilangannya dan mengagungkan Allah, atas apa yang telah Allah berikan petunjuk kepada kalian dan agar kalian bersyukur.” 1
Pada ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk mengucapkan kalimat takbir ketika bilangan bulan Ramadhan telah lengkap, yakni ketika bulan Ramadhan telah berakhir.
Demikian pula, dalilnya adalah apa yang diriwayatkan dari ‘Abdullah ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, yaitu:
أنه كان يخرج للعيدين من المسجد فيكبِّر حتى يأتي المصلى ويكبِّر حتى يأتي الإمام.
“Bahwa Ibnu ‘Umar keluar dari masjid untuk ‘Idul-Fithri dan ‘Idul-Adhha sembari bertakbir hingga beliau tiba di tempat dilaksanakannya shalat ‘Id, lalu beliau bertakbir hingga imam datang.” 2
Selain disunnahkan pada malam ‘Id hingga selesainya khuthbah ‘Id, takbir muthlaq juga disunnahkan pada sepuluh hari pertama dari bulan Dzul-Hijjah.
Dalilnya adalah apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dan ‘Abdullah ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhum, yaitu:
وكان ابن عمر وأبو هريرة يخرجان إلى السوق في أيام العشر يكبِّران، ويكبِّر الناس بتكبيرهما.
“Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar pada sepuluh hari dari bulan Dzul-Hijjah sembari bertakbir, dan orang-orang pun bertakbir dengan takbir keduanya.” 3
Oleh karena itu, kita simpulkan dari penjelasan di atas bahwa takbir muthlaq pada bulan Dzul-Hijjah dilaksanakan dari hari pertama Dzul-Hijjah hingga selesainya khuthbah ‘Id. Ini adalah pendapat yang masyhur dari madzhab Imam Ahmad rahimahullah.
Namun, ada pendapat kedua yang menyebutkan bahwa takbir muthlaq itu dilaksanakan dari hari pertama Dzul-Hijjah hingga hari terakhir dari hari-hari tasyriq. Yakni, dari waktu maghrib pada tanggal 1 Dzul-Hijjah hingga terbenamnya matahari pada tanggal 13 Dzul-Hijjah. Pendapat ini dipilih oleh Syaikh al-’Utsaimin rahimahullah.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ
“Agar mereka menyebut Nama Allah pada hari-hari yang diketahui.” 4
Yang dimaksud dengan “ayyam ma’lumat” (hari-hari yang diketahui) pada ayat ini adalah sepuluh hari pertama dari bulan Dzul-Hijjah.
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ
“Dan sebutlah Nama Allah pada hari-hari yang berbilang.” 5
Yang dimaksud dengan “ayyam ma’dudat” (hari-hari yang berbilang) pada ayat ini adalah tiga hari tasyriq.
Kedua: Takbir muqayyad (التكبير المقيد), yaitu takbir yang diucapkan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan secara berjama’ah.
Takbir muqayyad disunnahkan hanya ketika ‘Idul-Adhha, dari shalat shubuh pada hari ‘Arafah (tanggal 9 Dzul-Hijjah), hingga shalat ‘ashar di hari terakhir dari hari-hari tasyriq (tanggal 13 Dzul-Hijjah).
Dalilnya adalah ijma’ dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum tentang disyari’atkannya takbir muqayyad ini pada waktu-waktu tersebut.
Bagi orang yang berihram, maka dia mengucapkan takbir muqayyad ini sejak shalat zhuhur di hari Nahr atau hari ‘Idul-Adhha (tanggal 10 Dzul-Hijjah), hingga shalat ‘ashar di hari terakhir dari hari-hari tasyriq (tanggal 13 Dzul-Hijjah). Dia mengucapkan takbir muqayyad ini baru sejak shalat zhuhur di hari Nahr, karena sebelumnya dia sibuk mengucapkan kalimat talbiyah.
Adapun lafazh takbir yang diucapkan, baik pada takbir muthlaq ataupun takbir muqayyad, maka ada sedikit variasi lafazh. Kita bisa mengucapkan lafazh takbir yang banyak digunakan di negeri kita, yaitu:
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد.
[Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illallah, Allaahu akbar, Allaahu akbar, wa lillaahil-hamd.]
“Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Hanya untuk Allah seluruh pujian.”
Ustadz Dr. Andy Octavian Latief
Artikel andylatief.com